Untuk kesebelaskalinya, hari ini aku menginjakkan kakiku di Gunung Merapi. Kali ini aku menelusuri jalan setapak Merapi bersama Rizky, Putri, dan Riyanti. Ketiganya adalah teman kuliahku, seangkatan denganku, sekelas denganku. Begini Ceritanya...
15 November 2011
Berawal dari ide spontanku untuk mendaki merapi saat kami duduk-duduk di lantai 1 Lab terpadu, akhirnya kami putuskan untuk berangkat sore harinya.
Sekitar pukul 5 sore Kami berempat berkumpul di rumahku, Muntilan, untuk re-packing barang-barang dan logistik yang akan kami bawa, lalu shalat maghrib, baru setelah itu kami berangkat menuju Basecamp BaraMeru Merapi di Selo, Boyolali.
Jalur Ketep di malam hari ternyata lebih extreme, ditambah lagi dengan kabut tebal yang membuat jarak pandang kami berkurang, lampu motor juga tak bisa berbuat banyak. Tapi suhu udara tak terlalu dingin, dibandingkan 17 Agustus tahun lalu saat aku berangkat ke Merapi bersama Lilik (C-022-PMTG) dan Herry (C-023-PMTG).
Sekitar pukul 8 malam akhirnya kami sampai di Basecamp BaraMeru Merapi. Basecamp terlihat sepi, bahkan pintu basecamp tertutup. Ternyata kami tim pendaki satu-satunya malam ini. Keren!! Kami segera bongkar tas kami dan segera memasak nasi, mie, dan kopi untuk makan malam kami. Kami berencana mulai mendaki pada pukul 2 malam, jadi malam ini kami tidur di basecamp. Karena keasyikan ngobrol, kami baru tidur pada pukul 10 malam setelah shalat isya' tentunya. Untung malam ini tak terlalu dingin, karena kami hanya membawa 1 SB, itupun dipakai oleh Putri dan Riyanti. Aku dan Rizki hanya memakai sarung untuk menghangatkan tubuh kami. Tapi kami tetap bisa tidur dengan nyenyak sampai jam 1 Pagi. Zzzz Zzzz...
16 November 2011
Aku terbangun karena alarm Putri yang berdering lebih dulu, tapi aku tidur lagi. Baru setelah alarmku berbunyi keras, aku bangun dan membangunkan teman-temanku. Kami segera re-packing barang-barang serta logistik yang akan kami bawa ke atas. barang-barang yang tak perlu kami tinggal di basecamp.
Tepat pukul 1.55 dini hari kami mulai pendakian ini setelah sebelumnya berdo'a bersama untuk keselamatan kami dalam pendakian ini. Ini pertama kalinya bagiku mulai mendaki dini hari, pertama kalinya juga bagi ketiga temanku. Kami mulai menapaki aspal yang menanjak dari basecamp sampai NEW SELO. Kami berhenti sejenak, lalu melanjutkan perjalanan menapaki jalan setapak yang lebar di samping ladang, di tepi jurang.
Jalur di etape ladang sudah sedikit berbeda, sudah tak berdebu seperti pendakian terakhirku 8-9 September lalu, tapi tetap saja menguras tenaga. Putri dan Riyanti yang baru pertama kali ini mendaki beberapa kali berhenti untuk istirahat. Wajar, untuk PEMULA. :D Tapi Basecamp - Pos I adalah track terberat di Merapi, terutama Etape ladang.
Kami sampai di Pos I pada pukul 4.10 pagi, kami berhenti untuk istirahat sekaligus shalat Subuh dengan beralaskan Ponco. Matahari sudah mulai menorehkan sinar jingga di langit timur, membuat semangat kami kembali terisi. 15 menit kemudian kami melanjutkan lanngkah kami menembus gelapnya pagi ini. Menyusuri Jalan setapak, melewati celah-celah batu. Namun etape ini lebih mudah dan ringan dibandingkan etape ladang yang nanjak terus (hampir) tanpa bonus!! Terdapat 2 Track dari pos I ke Pos II, yaitu jalur utama dan jalur Lumut. Jalur utama merupakan jalan yang melewati punggungan bukit, penuh batu, dan menanjak. Sedangkan jalur Lumut berupa jalan yang melewati lembah di samping kanan bukit jalur utama. Jalan di jalur Lumut lumayan landai, sehingga kami bisa santai dalam berjalan, serta tak menguras tenaga. Tapi tetap saja, bagi Putri dan Riyanti ini masih cukup sulit.
Selama melewati Jalur ini, kami menemukan beberapa spesies yang belum pernah kami temui, dan kamipun hanya bisa mengambil gambarnya untuk identifikasi lebih lanjut. (Biolaska banget!!) hehe... Dari jalur lumut, puncak Merapi terlihat dengan jelas karena sunrise sepertinya telah lewat.tapi kami tetap semangat untuk menggapai puncak Merapi yang cerah. Setelah melewati ladang edlweiss yang mulai tumbuh lagi, kamipun disuguhi tanjakan terakhir yang penuh lumut. inilah mengapa jalur ini disebut jalur lumut. Di ujung tanjakan ini adalah titik temu antara jalur Lumut dengan jalur utama setelah Pos II. Jadi kami tidak melewati Pos II, kami hanya melihat tugu Pos II dari titik ini.
Ryanti : Shalat Subuh di Pos I |
Breaking Dawn |
Sunrise yang Kepagian |
Selama melewati Jalur ini, kami menemukan beberapa spesies yang belum pernah kami temui, dan kamipun hanya bisa mengambil gambarnya untuk identifikasi lebih lanjut. (Biolaska banget!!) hehe... Dari jalur lumut, puncak Merapi terlihat dengan jelas karena sunrise sepertinya telah lewat.tapi kami tetap semangat untuk menggapai puncak Merapi yang cerah. Setelah melewati ladang edlweiss yang mulai tumbuh lagi, kamipun disuguhi tanjakan terakhir yang penuh lumut. inilah mengapa jalur ini disebut jalur lumut. Di ujung tanjakan ini adalah titik temu antara jalur Lumut dengan jalur utama setelah Pos II. Jadi kami tidak melewati Pos II, kami hanya melihat tugu Pos II dari titik ini.
Kami sampai di titik pertemuan sekitar pukul 5.30 pagi, tapi matahari sudah begitu tinggi untuk ukuran jam segini. Sepertinya Matahari datang terlalu pagi untuk menemui Bulan yang masih menunggu di langit biru. Gagal lihat sunrise lagi seperti di Sikunir. Tapi tak mengapa, karena view Merbabu pagi ini cukup indah, awan-awan pun berjajar seperti lautan di bawah kami. Kita di atas awan, kawan!!
Karena cukup lama kami berhenti di titik ini, kamipun bergegas melanjutkan sisa perjalanan karena waktu sudah semakin siang.Track selanjutnya yaitu melewati jalan lebar dan sesekali melewati batu-batu cadas yang cukup terjal. Setelah melewati Watu Gajah, kami mendaki tebing untuk mencapai punggungan sebelum Memoriam Monuments. Jalan dari tebing sampai Memoriam berupa jalan lebar yang sedikit menanjak dengan jurang menganga di kanan kiri jalan.
Mengejar S3 |
Masak-masak at Memoriam Baru |
Breakfast at Memoriam |
A photo by Rizki Agung Sambodo |
Tepat pukul 7.45 kami mulai summit attack ini dengan berbekal air 1,5 liter dan sedikit cemilan. Kami mulai menuruni terjalnya batu-batu di Pasar Bubrah, lalu berjalan menyebrangi Camping site Merapi ini hingga kaki Puncak. Akhirnya, di depan kami berdiri Kerucut Puncak Merapi yang cukup tinggi kalau di lihat. Akupun menggunakan strategi summit attack Pendakian Merapi 8-9 September lalu, yaitu menyebrangi Tanjakan Pasir, kemudian mendaki tebing-tebing di sisi kiri. Strategi ini lebih efektif dibandingkan mendaki Tanjakan Pasir yang jelas melelahkan.
Tanjakan Pasir |
Track setelah Tanjakan Pasir telah berubah. Terlihat jelas bekas aliran air yang membawa pasir-pasir dari puncak. Sepertinya Hujan di Puncak Merapi cukup lebat beberapa hari kemarin. Aku sebenarnya sudah sedikit lupa dengan jalur yang dulu kulewati untuk samapi ke Puncak, tapi aku hanya mengikuti naluriku, yang penting selalu melihat ke arah Puncak Kura-kura agar jalurku tidak melenceng dari tujuan.
Meskipun sering berhenti dan sangat sering minum, tapi menurutku Putri cukup kuat untuk mendaki gunung. (Rasah Ge-eR Put!! :D Ryanti rasah Tersungging.. hahaha). Aku terus memberikan semangat pada Putri, karena Puncak memang sudah dekat (dibandingkan dari Memoriam..hehe). Akhirnya pada 16 November 2011, 8.45 waktu Merapi, Kami menginjakkan kaki di Puncak Merapi. Tepaty 1 jam.Akupun merekam dan memotret momen sampainya Putri di Puncak pertamanya ini. Tak lupa kami mengabarkan keberhasilan kami dengan berteriak kepada Rizki dan Ryanti yang entah sedang ngapain di Memoriam sana. (hayo..ngapain hayo... hehehe.. just kid my pren...)
Rasa syukur dan senang karena berhasil menggapai Puncak Merapi (lagi), serta mengantarkan Putri ke Puncak Merapi. Aktifitas kami di puncak seperti biasa, mengabadikan Momen-momen puncak a.k.a ber-Narsis ria. Tapi di Puncak kali ini ada yang berbeda, ada suara gemuruh (tapi bukan suara angin) yang berasal dari arah kawah aktif disertai dengan asap gas belerang yang mengepul tebal menutupi kawah mati dan kawah aktif Merapi. Ada sedikit kekhawatiran, tapi sepertinya euphoria menggapai puncak mengalahkan rasa takut itu.
Sayangnya, awan mulai naik, dan kabut sesekali menyelimuti Puncak, sehingga menghalangi kami untuk menikmati keindahan pemandangan dari ketinggian ini. Namun, saat kabut hilang, pemandangan awan yang berjajar seperti lautan menghiasi langit Jogja dan sekitarnya. sekali lagi, kita di atas awan, Kawan!! dan kali ini kita di tempat yang lebih tinggi!!
Menggapai Puncak Merapi, 8.45 waktu Merapi |
BIO-EDC'09 di Puncak Merapi (Lagi) |
Di Atas Awan |
Sekali lagi Merah-Putih berkibar di Puncak Merapi |
Merdeka!! |
Ber-HP ria di Puncak Merapi |
Pose Ra' Jelas |
Menikmati Ketinggian |
Di Bibir Kawah, di Lereng Puncak |
Putri - Arie di Puncak Merapi |
Jaket Kebesaran yang telah mencapai 8 Puncak Gunung |
Kepulan Asap Belerang dari Kawah Aktif Merapi |
Sampai di track pasir, seperti pendakian sebelumnya, aku mencoba turun dengan berlari. Putri yang sudah berlari lebih dulu kuminta untuk merekam lariku di atas pasir dengan kemiringan sekitar 60 derajat itu. Sambil berteriak aku berlari hingga ujung Tanjakan Pasir, hingga kedua sandalku terlepas saking cepatnya. Kemudian aku naik lagi beberapa meter untuk mengambil snadal Eiger kebangganku itu. Ternyata oh ternyata, sandal kiriku Bedhat a.k.a Jebat alias putus.
"Dibutuhkan pengorbanan untuk sebuah aksi yang menyenangkan"Nasib-nasib!! tapi tak mengapa, paling tidak ada dokumentasinya. Kemudian dengan terseok-seok aku berjalan menuju memoriam, menyeberangi Pasar Bubrah lagi. Sampai di sana kulihat Ryanti tidur berselimutkan SB dengan enaknya, sementara Rizki sepertinya baru saja selesai makan (lagi) di samping tugu Memoriam baru. Aku kemudian membuat susu coklat panas untuk menghangatkan badan yang dingin diterpa kabut. Setelah itu kami packing dan tak lupa photo-photo (lagi dan lagi..).
Pukul 10.45 kami turun meninggalkan Memoriam Baru melalui jalur semula. Melewati Watu Gajah, lalu berhenti di tebing sebelum titik pertemuan. Cukup lama kami berhenti di sini, lalu kami berjalan lagi menuruni jalur lumut. Perjalanan turun terasa lebih lama, dan memang ternyata lebih lama. Waktu yang dibutuhkan untuk turun dari Memoriam sampai Pos I hampir sama dengan waktu yang dibutuhkan dari Pos I naik ke Memoriam. Ironis!!
Di Pos I kami berhenti lagi untuk minum dan makan wafer, lalu berjalan pelan menuruni track hutan yang cukup licin karena kerikil-kerikil di sepanjang jalur. Tapi paling parah adalah track ladang, perjalanan sangat lambat karena banyak kerikil yang membuat jalur menjadi sangat licin dan sangat rawan tergelincir. Meskipun pakai sandal Eiger, tapi di sisni kami harus tetap pelan-pelan.
Kami sampai di NEW SELO sekitar pukul 1.45, kami berhenti lagi untuk membeli Es Teh, tapi ternyata tidak ada yang menjual es di NEW SELO (ya iyalah, musim hujan gini siapa yang mau beli es. sepertinya Hanya kita Kawan!! haha..) Akhirnya kami hanya membeli gorengan dan Pisang Raja, yang kata Rizki, berdasrkan penelitian, pisang Raja bisa mengurangi rasa lelah. (tapi sama saja menurutku, tetap saja terasa lelah.)
Oiya, ada cerita yang membuat Kami (Arie, Rizki, Ryanti) tertawa jika mengingatnya (apalagi saat melihatnya), begini..
Saat turun gunung, Putri membawa sampah yang digantung di tasnya, hal tersebut membuat tasnya 'dirubungi' lalat selama perjalanan, banyak sekali lalat yang 'berpartisipasi'. Tidak tau kenapa saat melihatnya aku, Rizki, dan Ryanti tertawa, lucu saja melihatnya. Sampai Putri bingung sendiri dimana letak hal lucu ditubuhnya, dan dia tidak sadar bahwa tubuhnya 'membawa' lalat gunung sampai New Selo. hahaha...Dasar Putri Lalat Gunung..Kemudian kami melanjutkan perjalanan turun menapaki aspal, dan kami sampai di Basecamp BaraMeru Merapi pada pukul 2,15 siang waktu setempat. Kami kemudian bersih-bersih badan (bukan mandi), lalu meninggalkan Basecamp setelah membayar parkir motor. (@ Rp4000) Ya, begitulah cerita perjalanan Pendakianku kali ini. Sangat menyenangkan, dan mengesankan.
Thankz to Allah yang selalu melindungiku (dan teman-temanku), sehingga kami bisa mendaki dengan lancar dan sukses. terimakasih untuk Rizki, Ryanti, dan Putri yang telah berpartisipasi dalam pendakian kali ini, kalian memberikan cerita baru untuk anak-cucuku nanti. hehehe.. Thankz lagi buat Rizki yang telah 'memperbaiki' sandal Eiger kiriku, sehingga aku tidak nyeker saat turun gunung. Thankz banget bro!! Thankz to Rani atas Kompornya. :) dan terimakasih untuk semua pihat yang terlibat yang membuat acara ini berjalan lancar yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Hal yang tak direncanakan biasanya berjalan lancar (Ari Fendianto, 2011).
Sampai ketemu di pendakian selanjutnya...
jalure ga ditutup tho? wah asem kapusan, munine ditutup marai ga sido munggah
BalasHapussalam arie,
BalasHapuskamu bisa jadi guide ke merapi?
jika boleh.. boleh saya dapatkan contact kamu seperti no telefon, email dan FB..
oh ya.. saya saudari zurek pendaki dari malaysia..
sudikan2 membantu kami