" Woy, Bro!! seko ngendi?" Sapa Kakex mengagetkanku yang sedang mengendarai si Biru.
" Seko kampuz, bar ujian aku. Lha kowe seko ngendi e??"
" ki bar ngeterke adiku. Eh, nek sesok aku ra iso melu, nek saiki malah iso.." aku memang berencana mendaki Merapi besok.
" Mangkat!!" jawabku dengan reflek dan tanpa pikir panjang.
" Lha dome'e??
" Rasah!! nggo SB wae."
" Tenanan ra?? nek SB-ku mono SNI, SB-mu kuwi lho sing mengkhawatirkan. hahaha.."
" Tenan. Santai wae, nek kademen ya mengko tak rasakke. hehe.."
" Siph!! Mangkat!!!
*****
Berawal dari pertemuanku dengan Kakex a.k.a Taufiq Bayu Pamungkas di daerah Krakitan saat pulang dari Jogja. Akhirnya tercetus ide dadakan untuk Summit attack Merapi sore ini juga, tanpa persiapan apa-apa, tanpa dome, nisting, dan hanya membawa logistik seadanya. Inilah cerita tentang pendakian Merapi kesembilanku, dan pendakian pasca erupsi keempatku.
7 Juli 2011
Sekitar pukul 5 sore, kakex menjemputku dengan carrier besar di punggungnya. Tapi isinya tak seberat kelihatannya, karena isinya hanya SB, air, makan malam, logistik, dan matras. Aku sendiri hanya membawa tas kuliah yang berisi SB, selimut, jaket, kaos PMTG, makan malam, dan air. Kami bergegas meninggalkan rumahku, lalu mampir ke rumah Winky untuk meminjam kamera, ke Genrush untuk beli batre kamera dan tissue, kemudian memacu motor ke jalan Talun sambil berharap jembatan Talun belum tutup karena hari mulai gelap.
Satu setengah jam kemudian, kira-kira pukul 6.30 kami sampai di basecamp bara Meru merapi, setelah melewati dinginnya suhu dataran tinggi Ketep dan sekitarnya. Di basecamp kami bertemu dengan rombongan gabungan dari Solo, Bandung, dan yang satunya lupa. Mereka baru turun dari Merbabu, dan sebagian berencana mendaki Merapi jam 12 malam nanti. Setelah sedikit ngobrol-ngobrol dan bertukar pengalaman dengan mereka, Aku dan Kakex shalat Maghrib+Isya' lalu memulai pendakian pukul 7.30.
Starting Tracking Merapi
Seperti biasa, Jalan aspal menjadi awal langkah kami sampai New Selo. 15 menit kemudian kami sampai di New Selo dan berhenti untuk makan malam.Nasi, Mie goreng dan bakwan menjadi menu makan malam kami. Pukul 8.00 kami lanjutkan langkah kami menyusuri jalan licin berdebu di etape ladang. Meskipun beban kami ringan, tapi kami tetap saja sering berhenti untuk mengambil nafas. Setelah etape ladang terlewati, kami disuguhi jalur setapak yang juga licin dan berdebu di etape hutan yang mulai hijau. Perjalanan malam ini terasa berbeda, sangat sunyi, karena hanya kami berdua yang mendaki gunung Merapi ini. Kami mencoba untuk terus ngobrol untuk membunuh kesunyian ini. Dengan penerangan 2 senter kami terus melangkah diantara pohon-pohon cemara gunung.
Pukul 9.30 kami sampai di Pos I, kami beristirahat dan melepaskan beban dari punggung kami, tak lama, hanya sekitar 10 menit saja. Lalu kami berjalan lagi menerobos malam di jalur yang mulai menanjak lebih tinggi. Seperti biasanya, kami memilih Jalur Lumut (Jalur Edlweiss) di persimpangan beberapa ratus meter di atas Pos I. Jalur edlweiss memang terbukti dan teruji lebih mudah dan tidak terlalu melelahkan dibandingkan jalur utama. Jalur ini lebih landai, sehingga lebih menghemat tenaga. Dari jalur ini juga terlihat Gunung Sumbing dan Sindoro di kejauhan sana. Edlweiss yang selamat dari seleksi alam mulai memunculkan kuncup-kuncup bunga abadinya. Dahulu sebelum erupsi, jalur ini dipenuhi pohon edlweiss di kanan kiri jalur, tapi kini hanya tinggal sedikit, dan beberapa baru mulai tumbuh. semoga semuanya cepat kembali seperti sedia kala...
sekitar pukul 10.20 kami sampai di pertemuan antara jalur Lumut dengan jalur utama, kemudian kami bergegas menuju Pasar Bubrah. kami berjalan di jalur terbuka, memotong angin yang bertiup dari arah barat. dingin. Akhirnya kami putuskan untuk tidur di sebuah gua di dekat Watu gajah. Gua itu sepertinya gua buatan yang cukup untuk tidur 2 orang. Kami segera bongkar muatan, lalu menyiapkan tempat tidur kami malam ini. Saat bongkar barang-barang dari carrier, Kakex menyadari bahwa ada satu barang yang hilang, Ternyata bungkusan nasi tidak ada, terjatuh di New Selo saat berhenti tadi. Sedikit menyesal, tapi ya sudahlah, paling tidak masih ada 2 ekor lele goreng, roti basah, mie instan, dan cemilan. Setelah sedikit ngobrol-ngobrol dan makan cemilan, kami bergegas membungkus tubuh kami dengan SB, lengkap dengan kaos tangan dan kaos kaki, lalu tidur. Benar-benar beratapkan langit dengan berjuta bint*ng yang tersebar. Kadang-kadang terlihat sekilas binta*ng jatuh, dan malam inipun aku melihatnya lagi...
8 Juli 2011
Aku membuka mata sekitar pukul 4.30 karena dibangunkan Kakex untuk segera Summit Attack. Benar-benar tidur yang nyenyak tanpa gangguan dingin, Bahkan lebih nyenyak dari tidur di dalam dome beberapa hari yang lalu di Pasar Bubrah saat mendaki bersama Ririt, WeJe, Udin, dan Kakex. Aku segera bangkit, membuat segelas kopi untuk menghangatkan tubuh, shalat Subuh, lalu packing semua barang-barang kami. Langit masih gelap, dan kami mulai melangkah di atas tanah terjal berbatu untuk mencoba menaklukkan puncak Merapi yang telah lama tak kunikmati. Terakhir aku berdiri di Puncak merapi hampir setahun lalu, tepatnya 17 agustus 2010.
Ready for Summit Attack
Di samping tebing sebelum jembatan setan kami bertemu dengan rombongan gabungan yang sedang kedinginan, serta rombongan turis yang terus berjalan mendaki Memoriam Monuments. Kami pun terus berjalan, karena kami harus sampai puncak sepagi mungkin. Angin masih cukup dingin berhembus menerpa tubuh kami pagi ini. Sekitar pukuln 5.00 kami sampai di puncak bukit memoriam, lalu berhenti sebentar menatap langit timur yang mulai menorehkan senar jingganya. namun, kami segera berjalan lagi, karena sepertinya Sunrise masih cukup lama.
Kami menuruni Pasar Bubrah dan menuju ke arah kiri, ke arah Kawah Woro lalu baru belok kanan saat sampai di kaki bukit Puncak Merapi. Kami mencoba jalur pasir seperti beberapa orang yang mendaki puncak Merapi 4 hari lalu. Ternyata tak semudah yang kulihat, terasa berat sekali mendaki di pasir labil dengan kemiringan sekitar 60 derajat. Naik dua langkah, tubuh kami merosot selangkah (seperti di Semeru saja). Berjalan lima langkah, berhenti, berjalan lagi, berhenti lagi. Berat sekali. tapi kami harus bisa menaklukkan tantangan ini untuk bisa menikmati puncak baru Merapi. Kakex melepas Sandal Eigernya dan hanya memakai kaos kaki, aku mengikutinya, dan ternyata lebih ringan, tapi kaki tyerasa membeku karena dinginnya pasir. Kami mencoba berbagai cara, sampai merangkak untuk berjalan lebih cepat. Tapi semuanya tetap saja menguras tenaga. Langit timur semakin indah saja dengan sunrise yang mulai tampak. Aku berhenti sejenak untuk mengabadikan keindahannya, sambil menikmatinya dalam-dalam dan menyimpannya di dalam ingatan.
Menanti Sunrise di Memoriam Monuments
Indahnya Sunrise + Gunung Lawu
Track'e Joss!!
Nampang sek Kek...
Track Terjal Penuh Batu, Kerikil, dan Pasir
View-ne Mantep Poll..!!
Track Tebing sebelum Puncak
Track Tebing sebelum Puncak
Kami terus mencoba, meski sering berhenti, tapi posisi kami semakin tinggi. Rombongan Gabungan sudah terlihat menyusul melalui track batu dan kerikil sebelah kanan kami. Kami semakin bersemangat, melangkah dan terus melangkah. Akhirnya track pasir terlewati, lalu track kerikil yang labil harus kami lewati untuk mencapai tebing-tebing sebelum puncak. tebing-tebing ini ternyata belum membeku sepenuhnya, masih rapuh. Kami memanjatnya, menyebrangi ceruk, lalu memanjat tebing dan belangkah di antara batu-batu dan asap belerang yang cukup menyengat. Dan akhirnya..
Perjalanan turun cukup mudah dan menyenangkan. track pasir dari puncak kami lewati dengan merosot, seperti anak TK. Tapi lebih cepat dan aman. Track selanjutnya, track batu dan tebing, aku kembali harus berjalan sampai di track pasir. Sampai di track pasir lagi, kulihat Kakex tengah berlari di track pasir itu menuju Pasar Bubrah. kelihatannya menyenangkan, akupun mencobanya, dan memang sangat menyenangkan sekali dan sangat cepat sekali. Ini pertama kalinya turun dari puncak merapi dengan berlari, dan hanya perlu waktu 15 menit untuk sampai Pasar Bubrah. Mantabs!! Dan akibatnya, semua yang kukenakan ,Celana putih dan jaket Hitami-merah Rei, serta tas kuliah, Kotor dan terlihat "mbluthuk" terkena debu dan tanah. Inilah petualangan...
Sampai di Pasar Bubrah, kami ngobrol-ngobrol dengan rombongan Gabungan, memberi alamat FB, lalu pamit untuk turun duluan karena kami dikejar target. Kami berjalan menaiki memoriam, dan berhenti sejenak untuk makan cemilan, minum, dan foto-foto sambil menikmati lukisan Tuhan yang sangat indah. Gunung Merbabu terlihat gagah di depan sana, sementara di kejauhan sebelah barat terlihat jelas gunung sumbing, sindoro, Dieng dan Slamet, dan Lawu di sebelah Timur. cuaca memang sedang sangat bersahabat dengan kami.
Pukul 7.00 kami menuruni Memoriam melalui Jembatan Setan yang mirip satu track di gunung Gede. di track ini kami tak bisa lagi berlari karena track berupa kerikil yang licin dan di kanan kiri menganga jurang-jurang yang cukup dalam. Melewati Watu Gajah, lalu sampai di pertemuan Jalur Lumut dengan Jalur Utama. Kami memilih jalur Lumut (Lagi), 55 menit kemudian kami sampai di jalur utama lagi, lalu berjalan terus hingga Pos I. di Pos I kami bertemu dengan pasutri penduduk etempat yang sedang istirahat karena kelelahan mencari Rumput untuk ternak mereka. (Gila..nyari rumput saja samapi setinggi itu..gak kebayang capeknya..). sedikit ngobrol-ngobrol, Kakex menawari air minum untuk mereka karena meraka tak membawa bekal. Kebetulan kami surplus air. Satu Makna yang kami dapatkan dari mendaki gunung hari ini, "Ada kesenangan tersendiri dapat berbagi dengan orang lain yang sedang kesusahan". Kami kemudian berhenti untuk makan Lele+lalapan+sambel tanpa nasi. Kata Kakex, "Koyo bule wae.. bedane nek bule mangan steak." Dasar Kakex..
Pukul 8.05 kami meninggalkan Pos I, kembali melewati jalur yang licin dan berdebu. beberapa kali aku terpeleset dan terjatuh. Sepertinya sandalku mulai tak SNI lagi. Setelah berjalan dengan jatuh-bangun di etape hutan, kami sampai di "Sumur", kemudian kami memilih jalur kiri (jalur lama) yang tidak terlalu licin dan lebih mudah meski agak memutar. Aku mengikuti jalur di mana aku, Ririt, dan Ian tersesat tempo hari. Bukan tersesat ding, tapi variasi jalur lain. hehehe.. Pukul 8.45 kami sampai di New Selo yang tak seramai hari Minggu lalu, hari ini tak kutemui muda-mudi yang berduaan di ladang, ataupun di New Selo, hanya ada beberapa anggota rombongan gabungan yang tak ikut mendaki sedang asik foto-foto di baliho NEW SELO. Aku dan Kakex terus berjalan sampai basecamp. target terpenuhi, Kami sampai di basecamp 3 menit sebelum jam 9. Setelah istirahat sebentar, kami kemudian meninggalkan basecamp tanpa membersihkan diri lebih dahulu. "Ben kethok le Nggembell." Kata Kakex sambil melaju di atas motornya, menjauhi Merapi, (dan sekali lagi) kembali ke peradaban...
Ini merupakan pendakian yang sangat menyenangkan dan sangat berkesan, bisa menggapai Puncak Merapi pasca erupsi dan mengibarkan Kaos PMTG adventure di atasnya..
Tetap semangat, masih banyak gunung yang bisa kita daki bersama...
PMTG (tetep) SAKLAWASE....
Pendakian Slamet via Guci : Sebuah Perjalana yang Bermakna
Pendakian Sumbing : Menggapai Puncak 3371
Puncak Merapi Baru (sekitar 2850 mdpl)
8 Juli 2011, 06.15
Allahuakbar!! Alhamdulillah hari ini kami bisa menggapai puncak Merapi lagi, ini yang kelima kalinya bagiku. Tiga orang dari rombongan gabungan juga telah sampai di puncak. subhanallah..betapa indahnya puncak ini setelah perjuangan berat yang kami jalani. Puncak Merapi Pasca Erupsi adalah Bibir kawah merapi, berada di tempat yang dulu adalah bibir kawah Mati. Puncak merapi yang dulu mungkin gugur atau longsor akibat erupsi dahsyat Merapi Oktober tahun lalu. Puncak, Bro..!!
Kawah Mati + Kawah Aktif
Segera kami mengabadikan moment-moment di Puncak Baru ini, ngobrol-ngobrol, dan harus berhati-hati dalam berdiri dan melangkah karena kawah Mati terhampar 300 meter di bawah sana. kawah baru yang masih aktifpun terlihat, tak terlalu besar memang. Celah besar yang mengarah ke Jogja terlihat jelas dari pincak ini. Di sisi Barat kami memang ada tebing yang lebih tinggi, tapi kami tak mau mengambil resiko untuk memanjatnya, di sini sudah cukup. 15 menit kemudian, kami memutuskan untuk turun dari puncak ini, ingin lebih lama, tapi cukup ngeri juga berlama-lama di gunung yang statusnya masih Waspada. Sebelum turun, aku mengambil pasir puncak pendakian ini dan kumasukkan ke dalam botol air mineral. Untuk Koleksi poribadi, hehe..lalu Aku dan kakex mampir dulu untuk foto di Karang sebelah timur, yang kusebut Puncak Kura-kura karena bentuknya seperti kura-kura (menurutku...). seperti apa menurutmu?? hehe.. PMTG adventure on the Summit of Merapi Pasca-eruption
8 Juli 2011, 6.15 am
PMTG adventure with BTSPALA
Kakex di Puncak Kura-kura
Arie di Puncak Kura-kura
Sampai di Pasar Bubrah, kami ngobrol-ngobrol dengan rombongan Gabungan, memberi alamat FB, lalu pamit untuk turun duluan karena kami dikejar target. Kami berjalan menaiki memoriam, dan berhenti sejenak untuk makan cemilan, minum, dan foto-foto sambil menikmati lukisan Tuhan yang sangat indah. Gunung Merbabu terlihat gagah di depan sana, sementara di kejauhan sebelah barat terlihat jelas gunung sumbing, sindoro, Dieng dan Slamet, dan Lawu di sebelah Timur. cuaca memang sedang sangat bersahabat dengan kami.
Puing-puing Memoriam Monument
A view from Memoriam Monuments
Dari Memoriam Monument ke Puncak Merapi
Kakex : Menikmati Ketinggian
Pasar Bubrah at Presents
Kae Merbabu Maz..
Di atas Jalur Lumut
Ini merupakan pendakian yang sangat menyenangkan dan sangat berkesan, bisa menggapai Puncak Merapi pasca erupsi dan mengibarkan Kaos PMTG adventure di atasnya..
Spesial thanks to Taufiq Bayu Pamungkas a.k.a Kakex telah menemaniku di Expedisi Dadakan (Saluuuttttttt) ini..Terima kasih atas tebengannya, Lele gorengnya, cemilannya, dan okky Jelly Drink-nya..
Kita telah menggapai Puncaknya, Kawan...
Kita telah menggapai Puncaknya, Kawan...
See you on the next mountaineering..
Untuk kawan-kawan crew PMTG adventure,,
maaf tidak ngajak-ngajak,,bukan bermaksud tidak setia kawan..karena ini benar-benar dadakan alias tidak direncanakan sebelumnya..
Hany berwal dari pertemuan di jalan sepulang dari Jogja....
hehehe...
maaf tidak ngajak-ngajak,,bukan bermaksud tidak setia kawan..karena ini benar-benar dadakan alias tidak direncanakan sebelumnya..
Hany berwal dari pertemuan di jalan sepulang dari Jogja....
hehehe...
PMTG (tetep) SAKLAWASE....
**Lihat Juga :
Pendakian Sindoro : My First MountaineeringPendakian Slamet via Guci : Sebuah Perjalana yang Bermakna
Pendakian Sumbing : Menggapai Puncak 3371
JANE PIN MELUUUUU
BalasHapus@Rit's Siska :
BalasHapuskapan-kapan tak kancani neh...
sayang foto2ne rung isoh tak pindah seko camdig...rung iso tak upload...
saluuuuuuttt gak ngejak2
BalasHapuswes ono tulisane to ndock...
BalasHapusUntuk kawan-kawan crew PMTG adventure,,
maaf tidak ngajak-ngajak,,bukan bermaksud tidak setia kawan..karena ini benar-benar dadakan alias tidak direncanakan sebelumnya..
Hany berwal dari pertemuan di jalan sepulang dari Jogja....
hehehe...
lha q ktemu kakex Jam3.15 nank dalan bali seko jogja,, jam 4.30 wes mangkat og...
sory bro..kapan2 mesti tak ajak wes...
hehe...
gua suka banget mas bro ceritanya.. rancana 1-2 oktober ini nih gua ma temen2 salatiga mencoba meraih puncak merapi.. doakan ya..
BalasHapus