Kamis, 21 Juli 2011

NAPAK TILAS PENDAKION SINDORO

"Mendaki gunung bukan hanya tentang menggapai puncak, tapi juga tentang bagaimana kita menikmati pendakian itu sendiri.."
( Ari Fendianto, C-007-PMTG )

          Kali ini aku akan membagi cerita pendakianku di gunung Sindoro untuk yang kedua kalinya setelah pendakian pertamaku 2 tahun silam, makanya postingan ini kuberi judul Napak Tilas. Kali ini aku hanya berdua dengan Lilik karena crew lain Seperti Kakex, Agus, Endock, dll baru saja turun dari Sumbing. dan yantg lainnya sedang ada urusan lain. So, ini ceritaku...

19 Juli 2011
         Sekitar pukul 9.00 pagi Lilik menjemputku, lalu kami bergegas tancap gas ke Baecamp Sindoro di Kecamatan Kledung. Setelah perjalanan 2 jam yang cukup membuat pinggang pegel akhirnya kami sampai di Basecamp Gunung Sindoro. Masih sama seperti 2 tahun 8 hari lalu. Aku dan Lilik langsung mendaftarkan diri pada pengelola Basecamp dengan meninggalkan KTP serta membayar retribusi pendakian sebesar Rp3.000,00/ orang serta Rp5.000,00 untuk parkir 1 motor. Tepat pukul 11.10 kami memulai pendakian napak tilas ini.
          Jalan desa dengan tatanan batu mengawali perjalanan kami, melewati beberapa rumah penduduk yang ramah-ramah, lalu baru kami memasuki etape pertama, ladang. Tidak seperti gunung-gunung lainnya, etape ladang Sindoro sangatlah panjang. Jalan besar masih dengan tatanan batu terus kami lewati di antara tanaman Tembakau. Satu jam berlalu, dan kami masih berada di ladang, mungkin baru setengahnya karena kulihat hutan masih cukup jauh. Kami berhenti untuk Shalat Dzuhur di pinggir jalan, lalu kembali melanjutkan langkah kami. Perjalanan terasa berat sekali karena beban di punggung kami cukup berat. Di carrier hijauku berisi Air 6 liter, serta logistik dan equipment lain. sedangkan di Eiger Lilik berisi Dome Rei kapasitas 4 orang, Air 3 Liter, Nisting, Serta logistik da equipment lainnya.
          Sekitar 40 menit kemudian kami sampai di batas hutan dan ladang. Jalur di etape hutan berupa jalan tanah yang cukup lebar dan masih relatif landai. Kami berhenti lagi untuk makan siang. Nasi telur bekal dari rumah menjadi menu makan siang kali ini. Kenyang... Lalu kami melangkahkan kaki kami lagi melewati jalan setapak yang masih landai dan memasuki hutan yang lebih lebat. Pukul 1.20 kami sampai di Pos I, yang kini hanya berupa lahan kosong yang cukup untuk 2 dome. Kami istirahat sejenak, minum, lalu kembali berjalan menyusuri hutan yang masih landai. Beberapa menit kemudian jalan berubah menuruni lembah lalu mendatar dan kemudian menanjak. Cukup melelahkan. Kami berhenti lagi di tempat dulu aku dan 7 founder PMTG lainnya berhenti dan mengabadikannya dalam foto. Sedikit nostalgia, Ini fotonya..
11 Juli 2009
Lanjut...
Kami berjalan lagi, meskipun tetap saja sering berhenti. Hingga akhirnya sampai di Pos II pada pukul 2.15. Pos II kini hanya berupa tanah kosong, tak seperti 2 tahun lalu yang terdapat gubuk/ pondokan. Dari pos II, jalur pendakian sedikit-sedikit mulai menanjak, semakin tinggi, dan semakin sering berhenti. 30 menit kemudian kami sampai di Batu besar tempat menuliskan Prasasti berdirinya PMTG. Kami berhenti lagi untuk minum dan melemaskan kaki. Dari Batu ini, jalannya nanjak abizz!! hampir tak ada bonus. Tapi kami tetap semangat untuk mencapai target, nge-Camp di Puncak. Sekitar pukul 3.30 kami melihat ada camp rombongan Purwodadi, lalu kami berhenti dan ngobrol-ngobrol dengan mereka. Kami bertanya pada mereka, kok baru sampai sisni padahal naiknya tanggal 18 Juli. Salah satu dari mereka menjawab " Mau bengi nge-Camp nank Ladang." Kami tertawa mendengar jawabannya. Konyol. hahaha..
          Kami kemudian pamitan untuk melanjutkan perjalanan kami yang (sepertinya)masih cukup jauh. Sekitar 2 menit kemudian, kami ternyata sudah sampai di Pos III. Aku dan Lilik berhenti lagi, meletakkan carrier kami, lalu aku turun ke camp rombongan konyol tadi untuk memberi tahu bahwa Pos III hanya 2 menit di atas camp mereka. Beberapa langkah dari Pos III ku dengar suara segerombolan monyet, yang kemudian disusul suara teriakan Lilik sambil berlari ke arahku. Akupun ikut berlari karena ku kira monyetnya mengejar Lilik. Hahaha.. Sampai di Camp Purwodadi, kami mengatur nafas kami sambil bercerita tentang yang baru saja terjadi. Akhirnya, kami duduk cukup lama di Camp mereka, menunggu agar monyet-monyet itu pergi dari Pos III sambil berharap carrier kami aman. Sekitar 30 menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan setelah makan roti bakar pemberian mereka. Masih hangat. Seumur hidup, baru kali ini aku makan roti bakar di gunung.
          Sampai di Pos III, ternyata monyet-monyet itu sudah tidak ada, dan carrier kami masih utuh. Alhamdulillah. Lalu kami bergegas Shalat Ashar dengan beralaskan mantol, lalu melanjutkan perjalanan kami. Jalan langsung menanjak, membuat kami yang sudah cukup lelah semakin sering berhenti. Kabut tebal telah menutupi puncak Sindoro, gerimis turun menciutkan tekat kami untuk terus mendaki. Kami sempat berhenti di sebuah camping site, tapi akhirnya kami putuskan untuk mendaki lebih tinggi. 15 menit berjalan lagi, kami mendengar suara binatang lagi, tapi bukan monyet. Dari suaranya, kami yakin bahwa itu adalah babi hutan a.k.a Kemin alias Celeng. Kami pun segera berjalan lagi, mencari tempat nge-camp yang lebih tinggi, yang cukup jauh dari suara Babi hutan tadi. (Animal Series ki). Setelah cukup tinggi, dan badan terasa ingin berhenti, dan jam sudah menunjukkan pukul 5.30, kami akhirnya memutuskan untuk mendirikan dome di antara pepohonan di bawah sabana. Dome Rei Biru Baru milik TBM pun berdiri dengan gagahnya d antara kabut senja gunung Sindoro. (Halah..)
          Setelah dome berdiri, kami segera menata barang-barang kami, Salat Maghrib, masak untuk makan malam kami, Salat Isya', lalu kami merebahkan tubuh kami untuk segera tidur meskipun masih pukul 8.00 malam. Namun sampai pukul 9.00 aku masih belum bisa memejamkan mataku, begitu juga Lilik. Dan gerimis mulai turun lebih deras..

20 Juli 2011
          Pukul 5 aku terbangun. Ternyata tidurku nyenyak sekali sampai-sampai alarm yang ku pasang pukul 4.00 tak terdengar sama-sekali. Aku segera membangunkan Lilik, lalu kami salat Subuh dan memasak air untuk membuat kopi. Di sela-sela memasak air itu Lilik bercerita bahwa dia baru bisa tidur sekitar pukul 12.00 malam tadi, saat hujan cukup deras mengguyur dome kami. Tapi untunglah dome ini cukup SNI, sehingga tak ada air yang menerobos ke dalam dome. Kami baru beranjak dari dome saat gerimis telah berhenti. Kami keluar dan melihat semuanya basah, pepohonan, dome, rerumputan. Langitpun masih tertutup awan kelabu, hanya di ufuk timur terlihat seberkas cahaya orange yang semakin laa semakin jelas dan indah. Lilikpun mengabadikannya dengan iPhone-nya, karena kami tidak membawa Camera Digital. 
          Tepat pukul 6.00 kami mulai Summit attack meskipun langit masih suram. Kami hany membawa Carrier Lilik dan hanya berisi Air 1,5 Liter, Roti sobek, snack,  jaket, mantol, serta barang-barang berharga kami. Dome, dan barang-barang lainnya kami tinggal dan pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. :) Semoga aman. amien. Kami mulai melangkah di tanah basah yang menanjak, meskipun beban yangt kubawa mungkin hanya 2 kg, tapi perjalanan tetap terasa berat, tak terbayang jika kami membawa semua barang kami.
          48menit kemudian kami sampai di Watu Tatah, kami berhenti untuk makan roti sobek,m inum, dan foto-foto. Aku terkejut saat melihat tulisan putih di salah satu batu. Itu adalah tulisan yang ku buat 12 Juli 2009 lalu. Di sini, 2 tahun lalu Aku bersama 7 orang Founder PMTG berhenti untuk foto sunrise. Ternyata masih ada. Seyelah cukup istirahat, kami berjalan lagi menyusuri jalan setapak yang terus menanjak. Lilik berkali-kali tertipu oleh puncak palsu, yang ia sebut dengan "Bukit Penyesalan" yang dia hitung jumlahnya ada 5. Jadi untuk para petualang yang belum pernah mendaki Gunung Sindoro, harap bersabar dengan tipuan Puncak Palsu setelah Pos III Dindoro.
          Pukul 7.30, kami sampai di Memoriam. Berarti Puncak tinggal sebentar lagi. Kami terus berjalan meski kaki sudah mulai gempor. Mendaki tiap tanjakan, di antara rerumputan setinggi lutut, lalu berjalan di antara tumbuhan Kayu Asam. Dan kulihat puncak bukit yang tak ditumbuhi tanaman, kuyakin itu puncak Sindoro. Terus kupacu kaki, dan alhamdulillah...
PUNCAK GUNUNG SINDORO (3153 mdpl)
20 Juli 2011, 7.44 am
Aku berteriak kepada Lilik yang masih berjalan mendaki Bukit Penyesalan terakhir ini. Alhamdulillah...
          Di sini, 2 tahun lalu ku berdiri bersama founder lainnya : Kakex, WeJe, Agus, Ian, Cahyo, Sidiq, dan Kampret. Dan juga berfoto bersama teman-teman DiverVenture : Dhika, Fahmi, Diana, Ayu', Fino, dan Wisnu. Hari ini, Pendakian Napak Tilas Terbentuknya PMTG adventure di Gunung Sindoro telah berhasil ku selesaikan. Hmm...
see you on the next mountaineerings...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar