Senin, 28 Februari 2011

EXPEDISI MERAPI PASCA ERUPSI #2, 27 Februari 2011

Hari ini, Untuk ketujuh kalinya aku mendaki Merapi, dan ini kedua kalinya semenjak Merapi bergejolak dengan erupsinya beberapa bulan terakhir. Banyak yang telah berubah, mulai dari ladang yang tertimbun abu dan pasir erupsi merapi serta pohon-pohon yang patah dan tumbang. Gersang!!

Ku mulai mendaki merapi pukul 08.30 pagi bersama Sidiq, Lilik dan Udin. Matahari yang bersinar cerah tak terhalangi pepohonan. Seperti pendakianku sebelumnya bersama kakex dan ian, ini merupakan Perjalanan yang berat. Ditambah dengan ranting-ranting serta batang pohon yang menutupi jalur pendakian, semakin menambah sulit pendakian ini. Setelah berjalan selama 30 menit, Udin yang baru kali ini mendaki gunung langsung tepar di ladang karena kondisi tubuhnya kurang fit. Setelah beristirahat cukup lama akhirnya ia memutuskan untuk turun ke basecamp karena dia benar-benar tidak kuat. Akupun tak bias memaksanya untuk tetap meneruskan pendakiankarena melihat kondisinya saat ini. Terkapar di “galengan”. Akupun melanjutkan pendakian bersama Sidiq dan Lilik. Setelah berjalan 30 menit lagi, kami melihat seseorang berkaos biru yang ternyata adalah Udin. Sangat mengejutkan kami karena 30 menit lalu dia menyerah dan kini  dia menyusul kami dengan sangat cepat. Kami hanya tertawa senang menyambutnya kembali bergabung dengan kami untuk menggapai puncak gunung ini. Lanjut!!


Sampai di Pos I, kami disambut kabut tebal yang mulai naik, menghilangkan pandangan dan pemandangan. Suram!!. Untuk sampai di Pos I, dibutuhkan waktu 2 jam dan 4 kali istirahat serta puluhan kali berhenti untuk sekedar mengambil nafas dan minum. Perjalanan kami lanjutkan dengan track yang lumayan menyenangkan. Tidak terlalu menanjak seperti Track Ladang dan hutan sebelum pos I. Seperti 4 pendakian merapi terakhirku, kali ini kami mengambil Jalur Lumut beberapa puluh meter setelah Pos I. Jalur lumut lebih mudah menurut kami, hanya track terakhir memang menanjak dan berujung di tebing batu beberapa puluh meter setelah pos II. Namun jalur ini Lebih cepat dan lebih sedikit menguras tenaga. Kerusakan Vegetasi di jalur lumut juga sama parahnya. Di jalur ini, dulu terdapat banyak sekali Edlweiss ( Anaphalis javanica ), oleh karena itu, jalur ini kusebut juga Jalur Edlweiss ( Lembah Edlweiss ). Namun kini Edlweiss-edlweiss yang bertahan hidup hanya tinggal beberapa saja. Bisa dihitung dengan jari. Sepertinya seleksi alam dan suksesi masih terus berjalan.
Puncak Merapi tak terlihat sedikitpun. Jarak pandang hanya 10 meter, benar-benar hanya abu-abu yang terlihat disekeliling kami. Namun Semangat dan stamina  kami untuk melanjutkan langkah melewati track bebatuan dan kerikil tetap ada. Watu Gajah terlewati, dan akhirnya, Puncak Memoriam. Seperti yang kulihat 17 februari lalu, tugu-tugu memoriam rusak dan hancur. Hanya tersisa puing-puing serta 2 besi penyangga tugu memoriam pelajar SMA 4 Yogyakarta. Pita XPDC #1 yang kutinggalkan di Salah sati besi itu ternyata masih ada, masih berkibar mengikuti kemana angin berhembus. Kemudian kami turun ke Pasar Bubrah –yang semakin Bubrah-, istirahat sejenak  untuk minum, makan siang, dan menunggu cuaca membaik untuk Summit Attack. Namun setelah beberapa lama, cuaca kian memburuk, kabut semakin tebal dan gelap. Akhirnya kami urungkan niat kami untuk mencoba mendaki sampai ke puncak.



Inilah Puncak Pendakian Merapi untukku saat ini, karena memang keadaan tak bisa diajak kompromi. Ketinggian Pasar Bubrah kira-kira sekitar 2900 mdpl. Jam 13.30 Kami memutuskan segera turun karena kondisi yang semakin buruk. Tentu saja setelah mengabadikan moment-moment diantara tebalnya kabut Pasar Bubrah.
Kami mulai naik ke puncak Memoriam, meninggalkan pita XPDC #2 di tempat yang sama. Dan keadaan semakin memburuk, hujan mulai mengguyur. Kamipun terpaksa menggunakan mantol kecuali Aku. Mantolku kupinjamkan Udin karena Udin membawa mantol Batman, yang pasti akan mengganggunya saat turun. Ternyata jaketku bias diandalkan, tak tertembus hujan. Hehe…


Kami tak melewati jalur lumut karena pastin akan sangat licin. Kami mengambil jalur utama yang ternyata lebih cepat untuk turun gunung sampai di Pos I. Cuaca di Pos I lumayan menyenangkan, berkabut tapi tak lagi hujan, hanya angin kencang yang terus menerus menghantam kami sepanjang perjalanan turun. Jalan yang licin berkali-kali menjatuhkan Udin yang memakai sandal yang tidak SNI. Satu jam dari Pos I kami pun sampai di NEW SELO. Alhamdulillah.

Setelah istirahat sejenak, kami bergegas turun ke basecamp, ambil motor, lalu turun ke Masjid untuk Sholat. Setelah itu kami bergegas turun, Menjauhi NEW SELO, menjauhi Merapi. Thankz bro..Sidiq, Lilik dan Udin telah berpartisipasi dalam pendakian kali ini.
See You On The Next Mountaineerings…

Jumat, 18 Februari 2011

MERAPI #6 : EXPEDISI MERAPI PASCA ERUPSI

 
at NEW SELO

IAN & KAKEX at NEW SELO

EX3ME PMTG CREW

IAN at PASAR BUBRAH

 KAKEX at PASAR BUBRAH

at PASAR BUBRAH, Mt. Merapi
17 February 2011

Untuk Foto-foto lainnya bisa dilihat di XPDC MERAPI PASCA ERUPSI #1

Senin, 14 Februari 2011

INTROSPEKSI DIRI ( Seorang Pendaki )

Cinta alam bukan hanya Slogan
Mendaki gunung tak sekedar berjalan mencapai puncak,
lalu turun membawa kenangan, membuat dokumentasi, dan mendapat pujian
Bukan hanya itu, Kawan!!
Mendakilah tak hanya dengan kaki,
tetapi hati..
Lihatlah keindahan dan kerusakan tak hanya dengan mata,
tetapi rasa..
Dan kaupun kan turun membawa pelajaran, dan membuat perubahan
karena pendaki gunung tak sekedar Sebutan
Dan pecinta alam tak sekedar Ungkapan..

Ari Fendianto
10.02.2011

Kamis, 10 Februari 2011

NGNGGERAN #2 WITH BIO-EDCVENTURE

Kali ini aku tidak akan bercerita..Hanya ingin berbagi foto-foto dokumentasi saja..Mungkin gambar-gambar ini bisa mewakili apa yang ingin aku ungkapkan...

BIO-EDCVENTURE DE NGLANGGERAN

Kamis, 03 Februari 2011

NGLANGGERAN EXPEDITION : MENJELAJAHi PESONA GUNUNG API PURBA

Gunung Nglanggeran adalah sebuah gunung api purba berumur sekitar 60 juta tahun (katanya), yang terletak di kawasan Baturagung, bagian utara Kabupaten Gunung Kidul pada ketinggian sekitar 200-700 mdpl. Gunung Nglanggeran Teletak di desa Nglanggeran Kecamatan Patuk, tempat wisata ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari kota Yogyakarta.

Kawasan ini konon merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan yang secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Berdasarkan hasil sejumlah penelitian dan referensi, gunung Nglanggeran adalah gunung berapi purba, yang keberadaanya jauh sebelum terbentuknya Gunung Merapi (2914 mdp) di Kabupaten Sleman.

Hari ini, saya dan Rizky melakukan expedisi untuk membuktikan kata orang-oran tentang keindahan Gunung api purba ini. Perjalanan kami mulai pada pukul 08.00 pagi dari kost Rizky di daerah Gowok, sebelah timur Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berbekal petunjuk dari berbagai blog dan peta dari wikimapia. Tujuan pertama adalah sebuah Minimarket untuk membeli logistik, kemudian meminjam CamDig ke rumah Agus PMTG untuk dokumentasi. setelah itu, kami langsung cabut menuju tujuan kami, Gunung Nglanggeran. Setengah jam kemudian, kami sampai di Bukit Bintang dan Mampir sebentar untuk mengabadikan keindahan Gunung Merapi dan Gunung Sumbing yang terlukis di cakrawala pagi.


Bukit Bintang
09.00

Perjalanan berlanjut, sepuluh menit kemudian kami sampai di Desa Nglanggeran. Setelah melewati "Ladang Tower", Gunung Nglanggeran pun terlihat dengan gagahnya. Batu-batu besar menghiasi sekitar Basecamp dan Joglo Kalisong.

 Basecamp


Joglo Kalisong

Setelah mengurus administrasi ( tiket Rp 2000/kepala, parkir Rp 1000/motor ), kami memulai pendakian. ternyata banyak juga yang mendaki selain kami, dan kebanyakan dari mereka adalah perempuan alias cewe'. Mungkin karena hari libur dan gunung Nglanggeran yang tidak tergolong tinggi ( <700mdpl ). Track pendakian tergolong mudah, namun di beberapa etape membutuhkan skill dan kehati-hatian. batu-batu extra besar masih menghiasi jalur pendakian. Sebuah pemandangan yang berbeda dari pendakianku di gunung-gunung sebelumnya. kami berjalan cukup lambat, karena kami tak ingin cepat melewatkan keindahan yang terlihat di sisi kanan kiri kami. kadang berhenti hanya untuk berdiri di atas batu besar dan melihat ke arah basecamp. Sungguh sebuah gunung yang indah.






Separo perjalanan, kami mendaki ke sebuah bukit tebing untuk menikmati sejenak keindahan Gunung Merapi (lagi). Dan jelas, moment seperti itu takkan terlewatkan oleh kamera.

Memandang Jauh ke Merapi

 "Ladang Tower"

Beberapa saat kemudian, datanglah rombongan HW SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang juga mampir di tebing ini untuk istirahat sejenak sambil menikmati hamparan sawah, Ladang Tower, bukit-bukit dan Gunung Merapi. rombongan inin didominasi oleh kaum hawa yang terlihat semangat dan senang dalam acara refreshing ini. Saya dan Rizky sempat ngobrol dengan Pembina-pembina rombongan ini, yang 2 diantaranya adalah Alumnus UIN Sunan Kalijaga tahun 81 (dulu masih IAIN). Mereka ramah dan menyenangkan.

Ngobrol with Pembina HW



Setelah merasa cukup istirahat, Merekapun memutuskan untuk melanjutkan pendakian ini. Mereka mengajak kami, dan kami pun berjalan bersama. Lumayan, tambah rame!! Jalan yang harus dilewati masih sama, jalan setapak dan kadang-kadang harus berpijak pada batu-batu besar. Tak berapa lama berjalan, sebagian dari mereka berhenti untuk istirahat lagi di samping sebuah gubug. Akupun berfoto bersama dengan mereka.


Nampang with Rombongan Klaten

Perjalanan berlanjut. Di sebuah persimpangan, saya dan rizky memutuskan untuk mengambil jalan kanan, melewati Sendang Comberan, sedangkan rombongan mereka lurus. Tak berapa lama kamipun sampai, sendang Comberan berada di balik 2 tebing.Untuk mencapainya, kami harus berjalan turun di celah sempi diantara 2 tebing dengan pijakan kaki yang sangat minim. Di sinilah kehati-hatian (dan juga skill) sangat diperlukan. Saya sempat mengabadikan Rizky yang sedang berjalan melewati celah tersebut. EXTREME!!


Celah Menuju Sendang Comberan

Akhirnya kami sampai, dan ternyata Sendang Comberan hanya berupa mata air yang kecil. airnya berwarna sedikit keruh. Mungkin karena itu Sendang tersebut di beri nama Sendang Comberan. Namun tempat tersebut tidak sempat kami abadikan gambarnya karena batre Kamera tinggal setengah, sedangkan Puncak masih lumayan jauh. Di Sendang ini juga terdapat sebuah cetakan tapak kaki (tapi lupa namanya). hehehe.
Lanjut!! Track selanjutnya adalah jalan mendaki yang licin karena basah. Lumayan melelahkan. Dan tak berapa lama kamipun bertemu dengan rombongan Klaten tadi. Saya dan Rizky pun mampir lagi di sebuah tebing untuk minum dan (kembali) menikmati view yang semakin indah.


Tebing II

Puncak sudah kelihatan, kamipun semakin semangat melangkahkan kaki. Kami mendaki melewati jalan yang tak biasa. Menaiki tebing, dan berakhir harus melompat dari tebing tersebut karena tak ada jalan turun. itulah salah satu yang kami cari dalam petualangan. Sebuah Pengalaman.
Sampai di bawah tebing (yang menurut kami adalah Puncak), kami harus mengantri. karena untuk naik ke tebing tersebut harus memanjat tangga kayu, dan saat itu banyak yang nganri untuk turun dan juga naik. Kamipun berinisiatif untuk memanjat tebing ini. dan akhirnya...

berhasil menggapai Puncak Gunung Gedhe, Nglanggeran
pada Kamis, 3 Februari 2011 pukul 11.03 WiB
Rizky at The Summit of Mt. Gedhe, Nglanggeran
 

Puncak Gunung Gedhe, Nglanggeran



Rizky with Pak Otonk
Puncak Gunung Gedhe, Nglanggeran

Puncak II Gunung Gedhe Nglanggeran 

 Puncak II Gunung Gedhe Nglanggeran

Puncak II Gunung Gedhe Nglanggeran 

Pemandangan dari Puncak II Gunung Gedhe Nglanggeran 

Terimakasih Telah Membawa Kami Ke Puncak ini...
Puncak II Gunung Gedhe Nglanggeran